Dusun Lembok Lauk di Desa Pagutan, Lombok Tengah, bukanlah sekadar permukiman, melainkan sebuah jejak sejarah dan akar identitas yang kuat bagi seluruh wilayah Pagutan. Dikenal sebagai dusun tertua, Lembok menyimpan sejarah panjang dan tradisi yang masih dipegang teguh, membentuk karakter masyarakatnya. Kekuatan identitas Lembok diwujudkan melalui falsafah hidup “tatas, tuhu, trasne” yang menjadi sebuah prinsip luhur masyarakat khususnya Lombok Tengah yang menuntun masyarakatnya dalam berperilaku sehari-hari. Falsafah ini menekankan pada ketulusan (tatas), kebenaran (tuhu), dan rasa kasih sayang (trasne), yang terefleksi nyata dalam realitas masyarakat Lembok yang dikenal menjunjung tinggi gotong royong, kejujuran, dan keharmonisan, menjadikan dusun ini tak hanya kaya sejarah, tetapi juga kaya nilai moral dan sosial.
Sejarah Lembok semakin menarik untuk ditelusuri melalui asal-usul namanya yang terbagi menjadi setidaknya tiga versi berbeda, namun saling melengkapi dalam menguatkan identitas dusun. Versi yang paling kuat menyebutkan nama Lembok berasal dari kata lokal “melembok”, yang berarti meluap atau menyembur. Penamaan ini merujuk langsung pada kekayaan geografis Lembok yang terkenal dengan mata airnya yang melimpah ruah. Mata air yang meluap besar ini menjadi sumber kehidupan, sekaligus penanda kesuburan dan kemakmuran alam.
Kisah Lembok diperkaya dengan narasi tentang sepasang mata air yang menjadi simbol penting. Mata air di utara (daye) disebut ‘lingkuk belik’ (mata air besar) karena volumenya yang melimpah meski keluar dari lubang kecil, sementara mata air di selatan (lauk) disebut ‘lingkuk kodek’ (mata air kecil) yang memiliki debit lebih rendah namun lubangnya besar. Adanya dua mata air yang berbeda namun harmonis ini diibaratkan sebagai sepasang suami istri yang saling melengkapi. Versi ketiga bahkan menghadirkan legenda yang lebih fantastis, yang menyebutkan Lembok lahir dari muntahan seorang bayi yang memiliki sifat ‘lembok’ (meluap dan tidak berhenti), yang kemudian menciptakan sumber air abadi.
Terlepas dari beragamnya narasi, semua kisah tentang asal-usul nama Lembok mengerucut pada satu inti yaitu Lembok adalah wilayah yang diberkahi dengan sumber air yang melimpah dan kuat. Realitas historis dan geografis ini telah menjadikan Lembok sebagai pondasi peradaban bagi Desa Pagutan. Dengan kekayaan airnya, Lembok secara historis menjadi pusat kehidupan, menumbuhkan tradisi lisan yang kaya, serta praktik budaya yang kuat, menjadikannya jejak budaya dan tradisi kuat yang perlu terus dilestarikan. Memahami Lembok adalah memahami akar dari identitas masyarakat di sekitarnya.
Mengenal Dusun Tertua di Pagutan dengan Jejak Budaya Kuat, Lembok
—
by
Tinggalkan Balasan