Nyongkolan merupakan puncak kemegahan dalam rangkaian upacara pernikahan adat suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Secara harfiah, Nyongkolan adalah prosesi arak-arakan pengantin dari rumah mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan. Prosesi ini menjadi momen untuk mengumumkan secara resmi status pasangan pengantin kepada khalayak ramai setelah melalui prosesi merarik (pernikahan) yang diawali dengan maren (pengambilan perempuan).
Makna filosofis dari nyongkolan adalah simbol penerimaan dan penyatuan dua keluarga besar di mata masyarakat. Ini adalah perayaan publik atas kesuksesan pihak laki-laki dalam mengikat janji suci. Sebelum nyongkolan, rangkaian adat Sasak dimulai dengan midang (masa perkenalan) dan maren (pengambilan perempuan). Setelah itu, terdapat tahapan negosiasi penting. Besejati misalnya, tahap ini merupaan pertemuan antar Kepala Dusun (Kadus) untuk meminta kejelasan dan memastikan pernikahan akan dilangsungkan. Selanjutnnya ada berselabar yang mana menjadi prosesi pertemuan formal dengan orang tua perempuan untuk mencapai kesepakatan pernikahan, termasuk penetapan tanggal. Kemudian ada tahap penentuan maskawin (terotok wali) dan uang hantaran (pisuke aji krame), yang ditutup dengan kesepakatan akhir yang disebut rebak pocok.
Nyongkolan sendiri merupakan bagian dari resepsi besar yang disebut begawe. Sebelum arak-arakan dimulai, dilaksanakan sorong serah terlebih dahulu. Sorong serah adalah inti dari pertukaran adat, yang melibatkan rombongan khusus berjumlah 16 orang yang dipimpin oleh seorang pembayun sebagai juru bicara. Rombongan ini membawa perlengkapan bermakna, seperti salin dedeh (peralatan melahirkan), gantiran (kelapa/simbol ternak), hingga uang hantaran. Setelah penyerahan adat ini, barulah nyongkolan dilanjutkan, di mana mempelai laki-laki dan rombongannya berjalan kaki menuju rumah mempelai perempuan yang disebut gawe nampi nanggep.
Nyongkolan adalah perwujudan gotong royong dan solidaritas komunal. Resepsi (begawe) diatur secara tradisional, bahkan masakan disiapkan oleh laki-laki yang dipimpin oleh seorang ran. Tradisi ini juga melestarikan adat begebung (makan bersama), memperkuat tali kekeluargaan, dan menjadi sarana untuk mempertahankan identitas budaya Sasak dari generasi ke generasi.
Mari kita terus dukung dan terlibat aktif dalam setiap prosesi adat di lingkungan kita, karena melestarikan nyongkolan berarti menjaga warisan budaya dan kearifan lokal bangsa
Nyongkolan: Tradisi Adat Sasak dalam Perayaan Pernikahan
—
by
Tinggalkan Balasan